Cedera Otot Rangka
Alat gerak yang terdiri dari tulang, sendi, jaringan ikat dan otot pada
manusia sangat penting. Setiap cedera atau gangguan yang terjadi pada sistem
ini akan mengakibatkan terganggunya pergerakan seseorang untuk sementara atau
selamanya.
Cidera Otot rangka |
Penyebab
Pada dasarnya tulang itu merupakan benda padat, namun
masih sedikit memiliki kelenturan. Bila teregang melampau batas kelenturannya
maka tulang tersebut akan patah.
Cedera dapat terjadi sebagai akibat :
1.
Gaya langsung.
Tulang langsung menerima gaya yang besar sehingga patah.
2.
Gaya tidak langsung.
Gaya yang terjadi pada satu bagian tubuh diteruskan ke
bagian tubuh lainnya yang relatif lemah, sehingga akhirnya bagian lain iilah
yang patah. Bagian yang menerima benturan langsung tidak mengalami cedera
berarti
3.
Gaya puntir.
Selain gaya langsung, juga tulang dapat
menerima puntiran atau terputar sampai patah. Ini sering terjadi pada lengan.
Mekanisme terjadinya cedera harus diperhatikan pada
kasus-kasus yang berhubungan dengan patah tulang. Ini dapat memberikan gambaran
kasar kepada kita seberapa berat cedera yang kita hadapi.
Gejala dan tanda patah tulang
Mengingat besarnya gaya yang diterima maka kadang kasus patah tulang
gejalanya dapat tidak jelas. Beberapa gejala dan tanda yang mungkin dijumpai
pada patah tulang :
- Terjadi perubahan bentuk pada anggota badan yang patah. Seing merupakan satu-satunya tanda yang terlihat. Cara yang paling baik untuk menentukannya adalah dengan membandingkannya dengan sisi yang sehat.
- Nyeri di daerah yang patah dan kaku pada saat ditekan atau bila digerakkan.
- Bengkak, disertai memar / perubahan warna di daerah yang cedera.
- Terdengar suara berderak pada daerah yang patah (suara ini tidak perlu dibuktikan dengan menggerakkan bagian cedera tersebut).
- Mungkin terlihat bagian tulang yang patah pada luka.
Pembagian Patah Tulang
Berdasarkan kedaruratannya patah tulang dibagi menjadi 2 yaitu :
- Patah tulang terbuka
- Patah tulang tertutup
Yang membedakannya adalah lapisan kulit di atas bagian yang patah. Pada
patah tulang terbuka, kulit di permukaan daerah yang patah terluka. Pada kasus
yang berat bagian tulang yang patah terlihat dari luar. Perbedaannya adalah
jika ada luka maka kuman akan dengan mudah sampai ke tulang, sehingga dapat
terjadi infeksi tulang. Patah tulang terbuka termasuk kedaruratan segera.
Pembidaian
Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan
pembidaian. Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk
mengistirahatkan bagian yang patah.
Tujuan pembidaian
- Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
- Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
- Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
- Mengurangi rasa nyeri.
- Mempercepat penyembuhan
Beberapa macam jenis bidai :
- Bidai keras.
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau
bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik
dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang
memenuhi syarat di lapangan.
Contoh :
bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
- Bidai traksi.
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari
pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya
dipakai pada patah tulang paha.
Contoh :
bidai traksi tulang paha
- Bidai improvisasi.
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan
untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan
kemampuan improvisasi si penolong.
Contoh :
majalah, koran, karton dan lain-lain.
- Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai
mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk
menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh :
gendongan lengan.
Pedoman umum pembidaian
Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap mengikuti
pedoman umum.
1.
Sedapat
mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita.
2.
Sebelum
membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila ada.
3.
Selalu
buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka perhiasan
di daerah patah atau di bagian distalnya.
4.
Nilai
gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera sebelum melakukan
pembidaian.
5.
Siapkan
alat-alat selengkapnya.
1.
6.
Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam
posisi ketika ditemukan.
6.
Jangan
berusaha memasukkan bagian tulang yang patah.
7.
Bidai
harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih
dulu pada anggota badan penderita yang sehat.
8.
Bila
cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut.
Upayakan juga membidai sendi distalnya.
9.
Lapisi
bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.
10.
Isilah
bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis.
11.
Ikatan
jangan terlalu keras dan jangan longgar.
12.
Ikatan
harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian sendi
atas dari tulang yang patah.
13.
Selesai
dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan dengan
pemeriksaan GSS yang pertama.
14.
Jangan
membidai berlebihan.
Pertolongan cedera alat gerak
1.
Lakukan
penilaian dini.
·
Kenali
dan atasi keadaan yang mengancam jiwa.
·
Jangan
terpancing oleh cedera yang terlihat berat.
2.
Lakukan
pemeriksaan fisik.
3.
Stabilkan
bagian yang patah secara manual, pegang sisi sebelah atas dan sebelah bawah
cedera, jangan sampai menambah rasa sakit penderita.
4.
Paparkan
seluruh bagian yang diduga cedera.
5.
Atasi
perdarahan dan rawat luka bila ada.
6.
Siapkan
semua peralatan dan bahan untuk membidai.
7.
Lakukan
pembidaian.
8.
Kurangi
rasa sakit.
·
Istirahatkan
bagian yang cedera.
·
Kompres
es bagian yang cedera (khususnya pada patah tulang tertutup).
9.
Baringkan
penderita pada posisi yang nyaman.
0 komentar:
Posting Komentar